TERAPI PARAFILIA
Karena sebagian besar parafilia melanggar hukum, banyak orang yang didiagnosis mengidap gangguan tersebut dan dipenjara sehingga penangan mereka merupakan perintah pengadilan. Seperti halnya pada penyalah guna zat, para penjahat seks sering kali kurang termotivasi untuk mengubah perilakunya yang melanggar hukum. Factor-faktor yang merendahkan motivasi mereka adalah mengingkari masalah, mengecilkan keseriusan masalah yang mereka miliki, keyakinan mereka bahwa korbannya bukanlah saksi yang meyakinkan, dan rasa percaya diri bahwa mereka dapat mengontrol perilaku mereka tanpa bantuan professional. Ada beberapa metode untuk meningkatkan motivasi mereka dalam menjalankan terapi, (miller & rollnick,1991) diantaranya :
- Terapis dapat berempati terhadap keengganan si pelaku untuk mengakui bahwa dia adalah seorang penjahat sehingga mengurangi defensifitas dan kekerasan.
- Terapis dapat menunjukan pada si pelaku berbagai penanganan yang dapat membantunya mengendalikan perilakunya secara lebih baik dan menekan konsekuensi negative yang timbul karena menolak menjalani penanganan
- Setelah menjabarkan penangan yang mungkin diperoleh, terapis dapat menerapkan intervensi paradoksikal dengan menunjukan keraguan bahwa si pelaku termotivasi untuk menjalani atau melanjutkan penanganann sehingga menantang si pelaku untuk membuktikan bahwa keraguan si terapis yang semula ditentangnya tidak berdasar
- Terapis dapat menjelaskan bahwa akan dilakukan pengukuran psikofisiologis terhadap gairah seksual si pasien, yang dapat mengungkap kecenderungan seksual pasien tanpa dia harus membuat pengakuan tentang hal tersebut.
PENANGANAN PSIKOANALISIS, BEHAVIORAL, KOGNITIF DAN BIOLOGIS
· Terapi psikoanalisis
Gangguan itu timbul karena adanya gangguan karakter, yang juga disebut gangguan kepribadian, sehingga sangat sulit untuk ditangani dengan keberhasilan yang cukup memadai. Perspektif ini juga mungkin dianut oleh pengadilan dan masyarakat umum. Meskipun psikoanalisis berdampak pada pandangan mengenai penyebab, hanya sedikit berkontribusi pada terapi yang efektif bagi gangguan ini.
· Terapi behavioral
Para Terapis kurang tertarik dengan gangguan kepribadian yang berakar dalam di kalangan orang-orang yang mengidap parafilia dan lebih memfokuskan pada pola seksualitas tertentu yang tidak wajar. Konsekuensinya adalah mereka mencoba mengembangkan berbagai prosedur terapeutik yang hanya mengubah aspek seksual individu. Beberapa keberhasilan telah tercapai, terutama bila berbagai macam tekhnik digunakan dalam terapi berspektrum luas dan mulus (becker, 1990, maletzyky, 2002; marshal dkk, 1991)
Para Terapis kurang tertarik dengan gangguan kepribadian yang berakar dalam di kalangan orang-orang yang mengidap parafilia dan lebih memfokuskan pada pola seksualitas tertentu yang tidak wajar. Konsekuensinya adalah mereka mencoba mengembangkan berbagai prosedur terapeutik yang hanya mengubah aspek seksual individu. Beberapa keberhasilan telah tercapai, terutama bila berbagai macam tekhnik digunakan dalam terapi berspektrum luas dan mulus (becker, 1990, maletzyky, 2002; marshal dkk, 1991)
Pada masa-masa awal terapi perilaku, parafilia dipandang secara sempit sebagai ketertarikan pada obyek dan aktivitas yang tidak pada tempatnya. Menggunakan psikologi eksperimental untuk memperoleh berbagai cara untuk mengurangi ketertarikan tersebut, para peneliti memilih terapi aversi. Dengan demikian para fetisis boot akan diberi kejut listrik (di kaki dan tangan) atau emetic (obat yang menimbulkan rasa mual) bila menatap sebuah boot, seorang transvestite bila memakai pakaian lawan jenis, seorang pedofila bila menatap foto yang sedang telanjang, dan seterusnya. Suatu variasi yang didasarkan pada pencitraan adalah sensitisasi tertutup, dimana orang yang bersangkutan membayangakn situasi yang menimbulkan gairah umum tidak tepat dan juga membayangkan bahwa ia merasa mual atau malu karena memiliki perasaan atau bertindak demikian (cautela, 1966)/. Meskipun terapi aversi tidak dapat sepenuhnya menghilangkan ketertarikan tersebut, dalam beberapa kasus terapi ini membuat pasien cukup dapat mengendalikan perilakunya (mc conagy, 1990,1994). Metode lain disebut pemuasan; pasien melakukan masturbasi pada waktu yang lama, umumnya setelah ejakulasi, seraya meneriakan fantasinya mengenai aktivitas yang menyimpang. Diyakini bahwa terapi aversi dan pemuasan terutama bila dikombinasi dengan tipe intervensi psikologis lain seperti pelatihan keterampilan social, dapat memberikan beberapa manfaat bagi pedofilia (brownell, hayes & barlow, 1997)
Reorientasi orgasmic digunakan untuk membantu pasien belajar untuk lebih terangsang oleh stimuli seksual yang wajar. Dalam prosedur ini pasien dihadapkan pada stimuli merangsang yang normal, seperti foto perempuan ketika mereka sedang memberikan respon seksual terhadap stimuli lain yang tidak dikehendaki.
Selain prosedur bebasis gairah, beberapa tekhnik lain digunakans ecafra luas, pelatihan keterampilan social sering digunakan karena banyak individu yang mengidap parafilia kurang memiliki keterampilan social. Tekhnik lain penyelesaian behavioral alternative, merupakan tekhnik dimana pasien membayangkan aktivitas yang menyimpang namun mengubah bagian akhirnya.
· Penanganan kognitif
Prosedur kognitif sering kali digunakan untuk mengatasi distorsi pikiran pada individu yang mengidap parafilia (tabell) berisi contoh-contoh distorsi kognitif yang akan menjadikan target modifikasi. Contohnya seorang ekshibisionis dapat mengklaim bahwa perempuan yang menjadi sasarannya terlalu muda untuk merasa terluka karena apa yang dilakukannya. Terapis akan meluruskan distorsi terebut dengan mengatakan bahwa semakinmuda usia korban semakin negative efeknya bagi si korban ( maletzyky, 1997), pelatihan empati pada orang lain merupakan tekhnik kognitif lainnya.
Secara umum, penedkatan kognitif dan behavioral sudah sangat canggih dan lebih luas lingkupnya sejak tahun 1960-an ketika parafilia sepenuhnya dianggap sebagai ketertarikan seksual yang dikondisikan secara klasik terhadap stimuli lingkungan yang tidak tepat. Dalam berbagai kasus terapi yang diberikan menggunakan pendekatan Master dan Johnson sebagai model, dengan asumsi bahwa beberapa parafilia terjadi atau tetap dilakukan karena hubungan seksual yang tidak memuaskan dengan orang dewasa yang menjadi pasangan si pengidap. Secara keseluruhan baik program-program yang dilakukan di dalam ataupun di liuar instuisi yang menggunakan model kognitif-perilaku untuk para penjahat seksual mengurangi rsidivisme lebih dari yang diharapkan bila tidak diberikan terapi sama sekali (maletzky, 2002).
Penanganan biologis
Berbagai variasi intervensi biologis tekah dicobakan kepada para penjahat seksual. Kastarsi atau pemotongan testis sangat banyak dilakukan di eropa barat selama dua generasi lalu yang tampak cukup efektif mengurangi perilaku parafilik. Ada beberapa upaya untuk mnegendalikan perilaku parafilik hukum dan secara social diterima baru-baru ini mencangkup penggunaan obat-obatan. Salah satunya dengan mendroksiprogesteron asetat (MPA) yang menurunkan kadar testosterone pada laki-laki. Dengan mengurangi frkeunsi ereksi dan ejakulasi, pengguanaan obat ini diasumsikan menghambat gairah seksual (baik wajar ataupun tidak) dan mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki. Siproteron asetat, yang juga mnegurangi kadar testosterone juga digunakan untuk menghasilkan efek yang sama. (hall, 1995)
Hasil-hasilny sejauh ini bervariasi , sebuah studi di Berlin dan Meinecke (1981) menemukan bahwa setelah beberapa mengasumsi MPA mulai dari 5-20 tahun dari 20 penjahat seksual tidak lagi melakukan tindakan parafilik. Meskipun demikian setelah pengkonsumsian obuta tersebut dihentikan , sebagian besar kembali melakukannya. Temuan lebih muktahir lebih positif mengurangi rasidivisme (prenkly, 1997). Meskipun demikian jika penghambat nafsu seksual tersebut harus dikonsumsi untuk waktu yang tidak terbatas, banyak isu etis yang muncul, terutama karena obat-obatan tersbut dapat menimbulkan efek samping serius bila digunakan dalam waktu yang lama, seperti kemandulan dan diabetes (gunn, 1993). Masalah lain adalah tingginya tingkat putus obat dikalangan peserta program tersebut. Fluoksetin belum lama ini dicobakan dengan hasil yang tidak pasti karena efektivitasnya yang rendah untuk mengatasi obsesi kompulsi, pemikirannya adalah parafilia terjadi karena tindakan dan dorongan yang tidak dapat dikendalikan seperti GOK (kafka, 1995).
· Hukum megan
Bervariasinya hasil bebagai upaya untuk merehabilitasi para penjahat seks, yang sering kali berakibat pada dibebaskannya para pencabul anak dan pemerkosaan yang kembali melakukan kejahatan tersebut., telah mendorong tekanan public untuk mencegah penjahat itu kembali ke wilayah dimana mereka sebelumnya ditangkap. Trend yang lebih maju tercermin dalma beberapa hokum yang diberlakukan baru-baru ini mengizinkan pihak kepolisian mempublikasikan keberadaan apra penjahat seks yang terdaftar di kepolisian jika mereka dianggap membahayakan.hukum ini juga mengizinkan masyarakat untuk menggunakan computer di kepolisian untuk mengetahui apakah pihak individu semacam itu tinggal di lingkungan mereka.
Disebut oleh beberapa orang dengan hukum megan, banyak hukum sejenisnya diseluruh Amerika Serikat yang muncul dari kemarahan masyarakat perilaku penjahat seks. Konsekuensi huukum megan yang tidak dikehendaki adalah orang-orang yang pernah ditangkap bertahun-tahun lalu karena hubungan seks homoseksual tanpa paksaan telah dihubungi oleh pihak kepolisian untuk memaksa mereka mendaftar sebagai penjahat seksual sehingga keberadaan mereka di tempatnya dapat diketahui meskipun huukum yang berlaku pada saat mereka ditangkap sudah dihapuskan, dan meskpun isu itu masih ada sampai saat ini adalah melindungi masyarakat dari para predator seksual, bukan dari orang-orang yang melakukan hubungan seksual tanpa paksaan dengan sesame orang dewasa. Tidak mengherankan hokum ini ditentang oleh berbagai kelompok hak-hak sipil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar